Alat Peragaan Sejarah Untuk Masa Awal
Masuknya Penjajahan Kolonial Belanda Ke Indonesia
A. Awal
Kedatangan Bangsa Belanda ke Negara Indonesia

B. Sejarah Pembentukan dan Pembubaran VOC Belanda di
Indonesia

1.
Berusaha menguasai baik pelabuhan penting serta
kerajaan-kerajaan di wilayah Indonesia.
2.
Melakukan monopoli perdagangan.
3.
Mengatasi persaingan yang ada antara pedagang Belanda
dengan pedagang Eropa lainnya.
Monopoli perdagangan VOC dilakukan dengan cara
kekerasan terhadap penduduk yang berasal dari daerah penghasil rempah-rempah di
Indonesia. Selain itu, mereka juga melarang dan mengancam orang-orang bukan
Belanda apabila ingin berdagang dengan para penduduk lokal dari daerah
penghasil rempah-rempah. Misalnya saja saat para penduduk Banda mencoba menjual
biji pala kepada Inggris, Belanda menyerang dan membunuh semua penduduk Banda
tersebut. Akhirnya, Belanda memutuskan untuk mengisi daerah Banda dengan
budak-budak dan pekerja-pekerja lain untuk menghasilkan biji pala. Karena ulah
VOC tersebut, mereka harus menghadapi masalah politik dan berperang terhadap
para pemimpin di daerah Banten dan Mataram.
Pada tahun 1799, VOC yang mengalami banyak masalah dan
akhirnya bangkrut dibubarkan. Berikut alasan-alasan pembubaran VOC:
1. Pegawai VOC banyak yang tidak terlalu cakap dalam
mengendalikan monopoli perdagangan, selain itu mereka juga banyak yang
melakukan korupsi.
2. Hutang VOC yang semakin menumpuk dikarenakan
peperangan dengan Inggris dan juga rakyat Indonesia sendiri.
3. Para penguasa semakin merosot moralnya akibat sistem
monopoli yang dilakukan.
4. Prajurit VOC banyak yang tewas dalam peperangan.
5. Aturan pringan dan penyerahan wajib yang dilakukan
untuk mengisi kas VOC tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Karena alasan-alasan di atas maka sejarah penjajahan
Belanda di Indonesia lewat VOC pun berakhir.
C. Awal Berdirinya Pemerintahan Hindia Belanda di
Indonesia
Kaisar Perancis yaitu Napoleon
Bonaparte mengangkat Louis Bonaperte sebagai kaisar Belanda. Kemudian setelah
diangkat menjadi Raja, Louis Bonaparte menunjuk Herman Willem Daendels sebagai
gubernur jenderal bagi Indonesia. Tugasnya adalah untuk mengatur pemerintahan
Indonesia, melakukan pertahanan dari serangan pasukan Inggris terhadap pulau
Jawa, serta mengatur masalah keuangan. Namun, di bawah pemerintahannya Daendels
telah melanggar undang-undang dengan menjual tanah milik Negara kepada
orang-orang partikelir. Oleh karena itu, atas perintah Napoleon Daendels
ditarik dari jabatannya. Namun sebelum Daendels ditarik, selama masa
pemerintahannya Daendels telah banyak merugikan rakyat Indonesia serta
menyengsarakan rakyat. Dia melakukan eksploitasi baik kekayaan alam maupun
tenaga kerja Indonesia.
Kedudukan gubernur jenderal
Indonesia telah mengalami pergantian beberapa kali. Setelah Daendels maka
gubernur jendral Janssens giliran berkuasa dan saat Indonesia memasuki
pemerintahan Van Den Bosch di mana sistem tanam paksa pun dijalankan yang
menimbulkan kemiskinan, dan kelaparan rakyat Indonesia. Di pihak lain, Belanda
mendapatkan banyak keuntungan dalam bidang keuangan akibat sistem tanam paksa
tersebut.
Saat sistem tanam paksa dihapuskan
maka muncullah politik pintu terbuka di mana penanaman modal asing
diperbolehkan. Meskipun tanam paksa sudah dihapuskan, nyatanya politik pintu
terbuka tetap menimbulkan penderitaan bagi rakyat Indonesia. Hal ini memicu
perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai daerah seperti perang Diponegoro,
perang Bali, perang Paderi, perang Banjar, perang Aceh, Gerakan Protes Petani, dan
sebagainya. Saat semakin banyak rakyat yang melawan Belanda maka penjajahan
Belanda di Indonesia mulai menandakan akhirnya.
D. Berakhirnya Masa Penjajahan Hindia Belanda di
Indonesia

Penjajahan Belanda terhadap
Indonesia benar-benar berakhir saat Pemerintah Jepang melakukan penyerangan.
Tanggal 27 Februari 1942 tentara Jepang berhasil mengalahkan armada gabungan
dari Negara Amerika, Inggris, Belanda, dan Australia. Kemudian, di bawah
pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, tentara Jepang mulai menginjakkan
kaki ke Pulau Jawa. Di sana Letnan Jenderal Hitoshi Imamura mengancam akan
menyerang Belanda apabila tidak segera menyerah. Pada akhirnya setelah
mengalami kekalahan terus menerus dari pihak Jepang, Tjarda van Starkenborgh
Stachouwer sebagai Jenderal Hindia Belanda menyerah dan dan ditangkap. Hal ini
menjadi tanda dimulainya masa penjajahan Jepang di Indonesia sekaligus berakhirnya sejarah penjajahan Belanda di
Indonesia.
E. Tokoh-Tokoh
Sejarah yang Melakukan Perlawanan Kepada Pemerintahan Kolonial Belanda
1 1. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan
SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973. “Tuanku Imam
Bonjol” adalah sebuah gelaran yang diberikan kepada guru-guru agama di Sumatra.
Nama asli Imam Bonjol adalah Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin.
Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan dakwah di Sumatera,
yang pada mulanya menentang perjudian, laga ayam, penyalahggunaan dadah,
minuman keras, dan tembakau, tetapi kemudian mengadakan penentangan terhadap
penjajahan Belanda.
2. Kapitan Pattimura

Untuk menghadapi perlawanan Pattimura, Belanda menggunakan taktik devideet
impera (memecah belah). Belanda memperalat Raja Booi untuk mengetahui tempat
persembunyian Pattimura. Pada 16 Desember 1817, Pattimura ditangkap di Ambon,
Maluku dan dihukum mati pada saat itu pattimura berumur 34 tahun. Nama Kapitan
Pattimura merupakan nama yang diberikan oleh rakyak maluku sebagai nama
pahlawan maluku kepada Pattimura atau Thomas Matulessy.
3. Pangeran Diponogoro

Pada tahun 1825, kemarahan Pangeran Diponegoro semakin memuncak ketika
Belanda hendak membangun jalan baru dari Yogyakarta ke Magelang melalui
Tegalrejo dan melalui tanah makam leluhur Pangeran Diponegoro. Akhirnya,
pecahlah Perang Diponegoro. Perang ini berlangsung dari tahun 1825 sampai 1830.
Beliau dibantu oleh Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasyah, dan Kyai Mojo. Pada
28 Maret 1830, dalam perundingan di Magelang. Pangeran Diponegoro ditangkap dan
diasingkan ke Makassar. Pada 8 Januari 1855, beliau meninggal dunia di
Makassar.
4. Pangeran Antasari

Pada
14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di
Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin
Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur)
penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung
Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
Perang
Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang
tambang batu bara milik Belanda di Pengaron tanggal 25 April 1859. Selanjutnya
peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh wilayah
Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang setia,
Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu
Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai
ke Puruk Cahu.
Pertempuran
yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan
Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang
oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya berhasil
mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan pusat
benteng pertahanannya di Muara Teweh.
Berkali-kali
Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun beliau tetap pada
pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan
Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20 Juli 1861.
5. I Gusti Ktut Jelantik

6. Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja
XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar, yang kemudian digelari dengan Ompu Pulo
Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo Batu, naik tahta pada
tahun 1876 menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu
Sohahuaon, selain itu ia juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan
Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di negeri Toba bersamaan dengan
dimulainya open door policy (politik pintu
terbuka) Belanda dalam mengamankan modal asing yang beroperasi
di Hindia-Belanda, dan yang tidak mau menandatangani Korte Verklaring (perjanjian
pendek) di Sumatera terutama Kesultanan Aceh dan Toba,
di mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya.
Di sisi lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas
kerajaan tersebut. Politik yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk
melahirkan Perang Tapanuli yang berkepanjangan hingga puluhan tahun.
7. Teuku Umar

Nenek
moyang Umar adalah Datuk Makhudum Sati berasal dari Minangkabau.
Salah seorang keturunan Datuk Makhudum Sati pernah berjasa terhadap Sultan
Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin
merebut kekuasaannya.
F. Alat Peragaan Pelajaran Sejarah
Mengajarkan
pelajaran sejarah kepada anak Sekolah Dasar memang gampang-gampang susah,
karena pelajaran ini dianggap membosankan karena banyak membaca materi serta
menghafal baik itu nama-nama pahlawan, waktu, tanggal, tahun, bahkan
temapat-temapat sejarah lainnya.
Sebagai
seorang guru kita harus mempunyai alternatif lain untuk membuat anak didik kita
tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran, salah satunya adalah dengan membuat
alat peragaan yang pastinya tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tetapi cukup dengan biaya yang murah.
Alat
Peragaan yang ingin saya gunakan dalam materi ini adalah alat peraga pameran
foto, dalam alat peragaan ini kita bisa printkan foto dengan ukuran minimal
sebesar kertas A4 dan bisa juga sebesar kertas A3. Sesuai dengan namanya
pameran foto, maka kita menyiapkan foto-foto tersebut di dalam kelas ini bisa
kita tempelkan di papan tulis, dimeja-meja siswa dan bisa juga kita gantung
dengan membentangkan tali rapia untuk mengantung foto tersebut.
Cara
menggunakan alat peraga ini adalah dengan cara menyiapkan foto yang akan di
pamerkan beserta keterangan yang suadah ditulis dibalik foto tersebut, kemudian
kita mengajak anak didik untuk mencari informasi dari foto-foto yang di
pamerkan tersebut, setelah mereka selesai mencari informasi, kemudian kita
menyuruh siswa untuk mendeskripsikan hasil yang mereka peroleh ke depan kelas. Waktu
yang digunakan untuk mencari informasi ini cukup 10 menit.
Contohnya:
Kapitan Pattimura
Nama: Kapitan Pattimura
Nama Asli : Thomas Matulessy
TTL: Haria,
Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783
Wafat:
Ambon, 16 Desember
1817
Mulai melakukan
perlawanan pada tahun 1817
Pahlawan dari
maluku yang memimpin rakyat maluku melawan penjajahan Belanda
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar