Rabu, 12 Juli 2017

LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN
DITINJAU DARI ASPEK SOSIOLOGI
Mata kuliah : Praktek Lab. IPS SD
Dosen Pengampu : Mukhlis Mustofa., S.Pd., M.Pd


Disusun Oleh :

Agus Parwanto
15540056
Antonius Agus
15540062
Endah Pospita Sari
15540065
Giyarti
15540052


Kelas/ Semester
PGSD 02/ IV

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
SURAKARTA
 2017



LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kunjungan Museum Manusia Purba Sangiran  ditinjau dari Aspek Sosiologi disetujui dan disahkan pada :
Hari           :
Tanggal     :



Mengesahkan


Mukhlis Mustofa S.Pd., M.Pd
NIPY : 0414.0076









KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-nya, kami bisa menyusun laporan ini dengan baik. Sebagai tanda bukti bahwa kami telah mengunjungi obyek-obyek di museum manusia purba sangiran. Karya tulis ini telah kami lengkapi dengan gambar-gambar dan informasi dari obyek-obyek yang terdapat di Museum Manusia Purba Sangiran.
Upaya penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak, maka kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Yang terhormat dosen pengampu Mukhlis Mustofa,. S.Pd., M.Pd
2.      Yang tercinta rekan-rekan mahasiswa PGSD  Universitas Slamet Riyadi Surakarta semester IV yang turut berpartisipasi dalam kunjungan ini.
Laporan yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu kami mohon kritik dan saran demi kesempuraan laporan ini. Semoga karya tulis ini, dapat bermanfaat bagi pembacanya.


Surakarta,18 Maret 2017
                                                                                                                   
                                                                                                           Penyusun





DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................  i
KATA PENGANTAR..........................................................................................   ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................   1
      A.    Latar Belakang.............................................................................................   1
      B.     Rumusan Masalah........................................................................................   1
      C.     Tujuan Masalah............................................................................................   
      D.    Manfaat Penelitian.......................................................................................   2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................   3
      A.    Letak Museum Manusia Purba Sangiran.....................................................   3
      B.     Kehidupan Sosial Manusia Purba Sangiran.................................................   4
      C.     Implementasi Pembelajaran Sosiologi Pada Masa Purbakala Untuk Anak
       Sekolah Dasar .............................................................................................   5
BAB III PENUTUP...............................................................................................   8
      A.    kesimpulan...................................................................................................   8
      B.     Saran............................................................................................................   9  
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10
LAMPIRAN......................................................................................................... 11



BAB I
PENDAHULUAN
       A.    Latar Belakang
Sangiran merupakan lahan perbukitan tandus yang berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Sangiran adalah situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C Schemulling tahun 1864 dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso. Luas situs Sangiran mencapai 56 km2, lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Dilokasi Sangiran ini pula ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus Erectus untuk pertama kalinya oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koeningswald.
Koleksi yang tersimpan di museum Sangiran mencapai 13.806 yang tersimpan pada dua tempat yaitu 2.931 tersimpan di ruang pameran dan 10.875 di dalam ruang penyimpanan. Bahkan banyak orang asing yang menggunakan kawasan Sangiran sebagai pusat laboratorium penelitian manusia purba. Museum Sangiran menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Geologi, Paleoanthropologi. Oleh karena itu dalam laporan ini akan dibahas sejarah perkembangan peradapan manusia ditinjau dari aspek sosiologi. Dimana dalam aspek sosiologi ini akan lebih dikenalkan bagaimana kehidupan sosial manusia purba pada masa itu.

       B.     Rumusan Masalah
1.      Dimana letak museum manusia purba sangiran berada ?
2.      Bagaimana kehidupan sosial manusia purba sangiran pada masa purbakala ?
3.      Bagimana mengimplementasikan pembelajaran sosiologi pada masa purbakala kepada anak Sekolah Dasar ?

       C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui letak museum manusia purba sangiran
2.      Untuk mengetahui kehidupan sosial manusia purba
3.      Menerapkan pembelajaran sosial pada masa manusia purba kepada anak Sekolah Dasar
       D.    Manfaat Penelitian
Sebagai refesensi untuk menembah wawasan tentang kehidupan sosial yang dilakukan mausia purba pada masa purbakala dan bermanfaat sebagai bahan ajar yang dapat diterapkan pada anak Sekolah Dasar.


BAB II
PEMBAHASAN
       A.    Letak Museum Manusia Purba Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Sangiran memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis sangiran terletak pada zona Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung api aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di sebelah timur.
Secara administratif Sangiran terletak di Kabupaten Sragen (meliputi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Kecamatan Gondangrejo) dan kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sangiran terletak di desa Krikilan, Kec. Kalijambe ( ± 40 km dari Sragen atau ± 17 km dari Solo) situs ini menyimpan puluhan ribu fosil dari jaman pleistocen ( ± 2 juta tahun lalu).
Situs Sangiran merupakan daerah perbukitan yang mencakup kawasan seluas 32 km² dengan bentangan arah dari utara ke selatan kurang lebih 8 km dan dari barat ke timur kurang lebih 4 km². Daerah ini meliputi 12 kelurahan di 4 kecamatan, yaitu kecamatan Kalijember, Gemolong, Plupuh, dan Godangrejo. Daerah sangiran memiliki sebuah sungai yang membelah daerah tersebut menjadi dua yaitu  Kali Cemara yang bermuara di Bengawan Solo. Sedangkan waktu tempuh dari Solo ke Sangiran hanya ± 30 menit dan dari Sragen dengan waktu tempuh ± 1 jam.
Fosil-fosil purba ini merupakan 65% fosil hominid purba di Indonesia dan 50% di seluruh dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.070/0/1977, tanggal 5 Maret 1977. Selanjutnya keputusan itu dikuatkan oleh Komite World Heritage UNESCO pada peringatannya yang ke-20 di Merida, Mexico yang menetapkan kawasan Sangiran sebagai kawasan World Heritage (warisan dunia) No. 593.


      B.     Kehidupan Sosial Manusia Purba Sangiran
Kehidupan sosial yang dilakukan Manusia Purba Sangiran dapat kita lihat pada 2 masa yaitu sebagai berikut:
1.      Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan :
Pada masa berburu dan meramu (food gathering), manusia purba sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat memberikan persediaan makanan yang cukup untuk kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu mereka selalu berpindah-pindah untuk mencari persediaan makan. Adapun pada masa itu manusia purba melakukan interaksi sebagai berikut :
a)      Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil, ini bertujuan agar mereka mudah dalam melakukan perburuan dan mengikuti pergerakan hewan buruan mereka. Baisanya mereka hidup dalam satu kelompok sebanyak 10-15 orang yang terdiri dari 1 atau 2 keluarga.
b)      Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, dengan adanya keterkaitan satu sama lain di dalam satu kelompok, maka manusia purba membagi tugas yaitu manusia purba laki-laki bertugas memburu hewan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan mengurus anak.
c)      Hubungan antar anggota sangat erat, mereka bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
d)     Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil, karena situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.

2.      Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak
Kehidupan manusia purba yang terus berkembang, ikut merubah pola hidup mereka. Pada masa ini manusia purba sudah tidak lagi mengembara pergi dari suatu tempat ke tempat yang lain (nomaden) untuk mencari makan. Kini mereka sudah menetap di suatu daerah dan mereka pula telah memiliki kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri. Oleh sebab itu, pola kehidupan mereka berubah dari food gathering menjadi food producing dengan bercocok tanam dan berternak.
a)      Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, dalam Kehidupan sosial manusia purba pada masa ini mengalami peningkatan yang pesat. Mereka sudah tidak lagi berpindah – pindah tempat, tetapi menetap di suatu tempat.
b)      Mereka juga telah mengenal sistem gotong royong dalam membuka lahan, maupun membangun rumah untuk tempat tinggal.
c)      Diangkatnya seorang pemimpin, dengan Pola hidup menetap ini memungkinkan terciptanya jalinan sosial masyarakat yang kuat dan terorganisir. Sehingga Mereka memiliki seorang pemimpin yang disebut dengan kepala suku yang dipercaya dan dipatuhi oleh seluruh anggota kelompoknya. Kepala suku inilah yang mengatur dan menjaga anggota – anggotanya sehingga bisa hidup dengan tentram dan damai.
C.    Implementasi Pembelajaran Sosiologi Pada Masa Purbakala Kepada Anak Sekolah Dasar
Berdasarkan kehidupan sosial manusia purba sangiran maka dapat kita terapkan beberapa hubungan sosial yang mereka ciptakan pada masa purbakala dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya, adapun pada masa purbakala manusia purba sangiran melakukan interaksi sosial berupa :
1.      Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan
a)      Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil
Dalam penerapannya pada proses pembelajaran kita bisa membagi anak-anak didik dalam sebuah kelompok-kelompok kecil dan memberi mereka tanggung jawab berupa tugas yang harus mereka selesaikan secara berkelompok dan dalam kelompok tersebut kita harus bisa membuat semua anggota kelompok untuk aktif dalam memyelesaikan tugas yang sudah diberikan.
b)      Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja.
Setelah pembagian kelompok-kelompok kecil dilakukan hal yang paling utama dilakukan dalam kelompok tersebut adalah pembagian tugas dari masing-masing anggota kelompok, pembagian tugas ini bertujuan agar setiap anggota bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang sudah diberikan dan melalui pembagian tugas ini maka hasil dari tugas kelompok tersebut dapat efektif.
c)      Hubungan antar anggota sangat erat
Sebagai seorang guru kita harus bisa menanamkan kepada peserta didik kita bahwa mereka dalam satu kelas merupakan satu anggota tim atau keluarga yang mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya dan tidak harus membeda-bedakan antara kebudayaan, agama, serta etnis anggota-anggota dalam kelas tersebut.
2.      Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak
a)      Muncul kegiatan kehidupan perkampungan
Munculnya kegiatan kehidupan perkampungan ini dapat kita jelaskan kepada anak-anak didik kita bahwa ketika mereka pertama kali memasuki lingkungan sekolah mereka yang baru, maka secara otomatis mereka merupakan bagian dari sekolah tersebuat. Ini dapat kita katakan bahwa mereka memulai kehidupan perkampungan yang baru dalam linkungan pendidikan, sehingga apa saja yang dilakukan oleh anggota dalam sekolah tersebut maka mereka juga akan melakukannya. Serta semua peraturan yang ada dalam lingkungan sekolah tersebut harus mereka patuhi.
b)      Mengenal sistem gotong royong
Dalam sekolah kegiatan gotong royong tidak pernah terlepas dari anak didik dan guru yang ada dilingkungan sekolah, tapi yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah bagaimana anak didik tersebut tidak hanya melakukan gotong royong pada waktu-waktu yang sudah ditetapkan akan tetapi mereka bisa memiliki kesadaran yang kuat sehingga sifat gotong royong itu bisa tertanam dalam diri mereka masing-masing.
c)      Diangkatnya seorang pemimpin
Diangkatnya seorang pemimpin ini bisa kita terapkan pada anak Sekolah Dasar dengan cara memilih salah satu dari mereka dijadikan sebagai ketua kelas, ini tidak terlepas dari partisipasi semua anggota dalam satu kelas untuk memilih salah satu dari mereka yang akan dijadikan sebagai ketua kelas dan dapat dipercayai untuk mengurus teman-temannya yang ada dikelas tersebut.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan sosial Manusia Purba Sangiran dapat ditinjau dari 2 masa yaitu pada masa berburu dan meramu (food gathering)/mengumpulkan makanan yang ditandai dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan mereka berburu, adanya pembagian kerja antara manusia purba laki-laki dan perempuan, kemudian timbulnya hubungan yang sangat erat antar manusa purba, bahkan adanya pertumbuhan populasi yang sangat kecil dikarenakan mereka diserang oleh hewan-hewan buas dan manusia purba lainnya. Sedangkan pada masa bercocok tanam (food producing) dan beternak, manusia purba sangiran sudah tidak melakukan perburuan sebagai kegiatan sehari-hari akan tetapi mereka sudah mulai membuat tempat untuk mereka tinggal dan bahkan mereka juga sudah bisa memproduksi bahan-bahan makanan untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka, ini ditandai dengan mereka membuat sebuah perkampungan untuk mereka menetap secara terus menerus, mereka melakukan gotong royong untuk membuat tempat tinggal, bahkan mereka mengangkat seorang pemimpin dari salah satu mereka yang dianggap lebih kuat dan dapat memberi rasa nyaman dan aman untuk keberlangsungan hidup mereka.
Penerapannya pada pembelajaran sosial untuk anak Sekolah Dasar dapat kita lakukan dengan membuat mereka melakukan hal-hal kecil seperti membuat kelompok-kelompok diskusi, memberi tugas kepada semua anggota kelompok agar hasil kelompoknya maksimal, membentuk hubungan yang erat antar anggota kelompok dengan cara mereka terus mengenal karakter satu sama lain melalui diskusi yang meraka lakukan dan ini pastinya dapat kita terapkan pada kelas tinggi, bahkan kehidupan sosial manusia purba dapat diterapkan kepada anak-anak Sekolah Dasar dengan menjadikan mereka sebagai keluarga atau masyarakat dalam lingkungan sekolah dan harus mematuhi semua peratuaran yang berlaku dilingkungan sekolah tersebut, mereka juga dapat kita ajarkan bagaimana harus melakukan kehidupan gotong royong dalam membersihkan lingkungan sekolah, bahkan mereka juga dapat kita ajarkan untuk menjadi pemimpin teman-teman mereka dalam lingkup kelas, yaitu sebagai ketua kelas.
B.     Saran
Mempelajari kehidupan sosial Manusia Purba Sangiran dan menerapkannya kepada anak-anak Sekolah Dasar tidaklah begitu sulit, asalkan seorang guru mau mengambil alih penuh dalam membimbing anak-anak muridnya sehingga mereka bisa mendapatkan nilai sejarah kehidupan dari manusia purba dan mengetahui bahwa kegiatan sosial yang selama ini mereka praktekkan merupakan sudah ada sejak masa manusa purba dulu. Dan bagi semua pembaca penulis menysarankan untuk terus mencari tahu apa yang menjadi nilai sejarah bangsa ini.

 DAFTAR PUSTAKA
1.      Penelitian langsung di Museum Sangiran


 LAMPIRAN

  












Selasa, 11 Juli 2017

“PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL DILIHAT DARI VISI GEOGRAFI, SEJARAH, DAN EKONOMI”
Mata Kuliah : Pendidikan Berwawasan Global
Dosen Pengampu : Oktiana Handini, S.Pd., M.Pd.


Disusun Oleh:
            Antonius Agus                                                            (15540062)
            Ani Mandasari                                                            (15540069)
            Katerina Eka Ratnasari                                               (15540055)
Prodi/Kelas/Semester/Kelompok : PGSD/02/III/2

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
SURAKARTA
2016



KATA PENGANTAR
            Puji syukur penyusun haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kebaikan-Nya penyusun mampu menyusun makalah “PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL DILIHAT DARI VISI GEOGRAFI, SEJARAH, DAN EKONOMI” hingga tuntas. Pendidikan saat ini diorientasikan pada kebutuhan dan kapasitas dunia atau biasa disebut dengan global, namun khususnya bagi Negara Indonesia tetap dengan mempertahankan kearifan budaya lokal. Maka perlu bahwa pendidikan berwawasan global itu dilihat dari banyak sudut pandang, karena belum ada dasar ilmu yang menciptakannya.
            Penyusunan makalah “PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL DILIHAT DARI VISI GEOGRAFI, SEJARAH, DAN EKONOMI” penyusun dibantu oleh beberapa pihak, oleh karena itu ijinkan penyusun menyampaikan rasa terima kasih, kepada:
1.      Ibu Oktiana Handini, S.Pd., M.Pd., selaku dosen mata kuliah pendidikan berwawasan global yang telah memberikan tugas ini dan diberi pengarahan.
2.      Rekan-rekan kelompok dua progam studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar semester tiga kelompok dua, atas kerjasama yang baik dalam penyusunan makalah.
            Penyusun merasa belum cukup sempurna dalam menyusun makalah ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik maupun saran agar dikemudian hari bisa lebih baik lagi. Besar harapan penyusun agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surakarta, 03 Oktober 2016

Penyusun


 BAB I
PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang
            Pendidikan berwawasan global adalah pendidikan dengan orintasi pendidikan berdasarkan kebutuhan dan tuntutan perkembangan dunia pada era modern seperti saat ini. Tentang pendidikan berwawasan global perlu dipahami oleh setiap guru maupun pendidikan, termasuk guru sekolah dasar. Guru sekolah dasar perlu memiliki bekal atau pemahaman yang tepat mengenai apa itu yang dimaksud dengan pendidikan berwawasan global, sehingga dalam mengajarkan mata pelajaran tertentu, bisa berorientasi pada kebutuhan global, namun tetap mempertahankan kearifan budaya lokal asli Indonesia.
            Pendidikan berwawasan global memiliki beberapa tujuan kaitannya dengan kehidupan manusia didunia ini, tujuan atau visi tersebut diantaranya untuk geografi, sejarah, dan ekonomi. Dengan adanya orientasi pendidikan berwawasan global maka kehidupan geografi atau posisi suatu daerah, sejarah, dan ekonominya bisa semakin luas dan semakin bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu semuanya adalah satu kesatuan yang saling menunjang Tercapainya suatu tujuan.
     
      B.     Rumusan Makalah
Melalui makalah ini penyusun ingin mencoba membantu menjawab mengenai beberapa hal, diantaranya:
         1)      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berwawasan global dari visi geografi?    
         2)      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berwawasan global dari visi sejarah?
         3)      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan berwawasan global dari visi ekonomi?

C. Tujuan Makalah
Tujuan penyusunan makalah “PENDIDIKAN BERWAWASAN GLOBAL DILIHAT DARI VISI GEOGRAFI, SEJARAH, DAN EKONOMI” diantaranya:
      1)      Untuk menambah wawasan mengenai pendidikan berwawasan global dari visi geografi
      2)      Untuk menambah wawasan mengenai pendidikan berwawasan global dari visi sejarah
      3)      Untuk menambah wawasan mengenai pendidikan berwawasan global dari visi ekonomi



BAB II
PEMBAHASAN
     1.      Pendidikan Berwawasan Global dari Visi Geografi
            Seperti yang telah kita pelajari diawal bahwa pendidikan berwawasan global adalah orientasi pendidikan kepada perkembangan atau kepentingan dunia, berdasarkan perkembangan zaman saat ini, namun dengan tidak meninggalkan budaya asli daerah Indonesia. Geografi sendiri adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keruangan, ruang lingkup, berdasarkan fenomena alam yang terjadi didalamnya, serta konteks ruang lingkup yang ada didalamnya. Konteks nya adalah segala sesuatu yang nampak pada permukaan bumi, yaitu wilayah daratan, wilayah perairan, juga udara yang melingkupi.
            Geografi adalah ilmu yang bisa dipelajari, oleh karena itu terdapat perspektif geografi yang adalah kemampuan untuk mempelajari dan memahami secara mendalam mengenai fenomena alam, wilayah daratan, lautan, maupun udara, beserta perubahan yang telah terjadi maupun kemungkinan yang akan terjadi, pada waktu kemarin, saat ini, maupun yang akan datang. Hal ini dapat dipelajari dengan pendekatan perspektif sejarah, bagaimana kaitannya dengan dampak yang terjadi dari apa yang dilakukan kepada alam saat ini, hal ini yang kemudian menjadi fenomena alam.
            Perspektif geografi ini tidak hanya tentang alamnya saja yang dipelajari, namun juga tentang manusia nya yang ada didalam sebagai pengelola maupun sebagai sumber perubahan bahan dunia. Karena manusia adalah yang memperoleh dampak baik positif ataupun negatif ketika terjadi perubahan zaman. Sebelum sampai kepada perspektif global, terlebih dahulu kita perlu memiliki pemahaman bahwa perubahan dunia atau perspektif lokal dimulai dari adanya perspektif lokal pada satu masyarakat wilayah tertentu.


            Saat ini angka kelahiran pada beberapa wilayah, khususnya di Indonesia cukuplah tinggi, misalnya saja wilayah Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan kepadatan penduduk, selain itu juga meningkatnya jumlah pencari kerja yang kurang sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Inilah salah satu faktor terjadi nya perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah tertentu, disebut dengan arus urbanisasi. Karena faktor mencari lapangan pekerjaan, maupun untuk menghindari kepadatan penduduk. Tidak jarang saat di wilayah Indonesia, masyarakat Pulau Jawa banyak yang melakukan urbanisasi ke luar pulau Jawa misalnya Kalimantan bahkan Papua.
            Masyarakat yang berurbanisasi tersebut sebagai pendatang, di wilayah yang baru mereka akan bertemu dengan masyarakat asli daerah yang kemudian mereka akan saling berinteraksi sebagai mahkluk sosial. Interaksi tersebut dalam rangka menjalin kedekatan sebagai mahkluk sosial, dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, mungkin perkerjaan, konsumsi, maupun sekolah. Dengan demikian kehidupan lokal saja, telah menjadi kehidupan masyarakat pada perspektif wilayah yang lebih luas. Urbanisasi kaitannya dengan perpindahan dari desa kekota, terjadi karena adanya perluasan wilayah perkotaan oleh pihak berwenang, pada masyarakat yang sudah pindah kekota umumnya akan mengikuti pola hidup perkotaan yang sedikit berbeda dari wilayah sebelumnya.
            Prespektif global visi geografi ini mencangkup wilayah lokal, wilayah reinal yaitu kota, provinsi, dan seterusnya yang kemudian membentuk dan menuju keglobal. Adanya interaksi memungkinkan adanya pertukaran dan proses saling belajar antar masyarakat. Misalnya  dari segi bahasa, adat istiadat, kebudayaan, makanan, maupun pakaian.
Oleh karena itu perlu tetap untuk menjaga pengendalian diri, nilai keagamaan yang dipegang teguh, serta menjaga etika sebagai masyarakat yang berbudaya. Urbanisasi sebagai perspektif global visi geografi ini efektif untuk mengurangi jumlah kepadatan penduduk, meratakan jumlah penduduk, juga membuka kemungkinan lapangan pekerjaan baru karena masyarakat diharapkan untuk bisa kreatif dalam pekerjaan selain bergantung pada lapangan pekerjaan yang sudah ada. Pendidikan perspektif global visi geografi juga memiliki dampak negative bagi kehidupan, yaitu meningkatnya pemanasan global, sebagai akibat dari meningkatnya aktifitas manusia diperkotaan yang memicu menipisnya lapisan ozon.
Seperti misalnya penggunaan AC, penggunaan bahan semprot seperti hairspay, banyaknya pabrik, banyaknya perokok, maupun banyaknya kendaraan bermotor. Misalnya saja terjadinya pembakaran hutan yang terjadi disuatu wilayah bisa sampai kepada daerah bahkan negara lain. Asap karena pembakaran hutan yang terjadi di Riau beberapa waktu lalu efeknya tidak hanya terjadi di Riau maupun di Indonesia saja, namun juga di negara tetangga seperti Malaysia, dan Singapura.
            Dengan demikian guru diharapkan mampu mengajarkan materi geografi dengan acuan dan dampak yang mungkin muncul dari setiap fenomena alam, dari setiap interaksi sosial kaitannya dengan perkembangan zaman.
Contoh: (Urbanisasi)
            Pak Tono tinggal di Kota Sragen, Jawa Tengah. Pak Tono bekerja di sebuah pabrik di Kota Sragen. Karena pabrik tempat Pak Tono bekerja mengalami kerugian besar hingga bangkrut maka Pak Tono dengan terpaksa harus diberhentikan. Untuk menjamin kelangsungan hidup, Pak Tono pun memutuskan untuk pergi ke Kalimantan dengan harapan mencari pekerjaan baru dengan suasana yang berbeda. Di Kalimantan, Pak Tono bertemu dengan masyarakat asli daerah yang menawari pekerjaan sebagai pegawai kebun karet, maka ada interaksi antara Pak Tono dengan masyarakat tersebut sebagai mahkluk sosial, ada usaha pemenuhan kebutuhan dengan pekerjaan baru yang dimiliki.

     2.      Pendidikan Berwawasan Global dari Visi Sejarah
            Sejarah adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari tentang tokoh, waktu, bangunan, bagaimana terjadinya, kaitannya dengan waktu pada masa yang lalu atau pada masa lampau. Sejarah berkaitan dengan kejadian-kejadian dimasa lalu yang masih dipelajari sampai saat ini, sejarah dan geografi memiliki keterkaitan. Jika sejarah mempelajarai tentang kapan terjadinya, bagaimana terjadinya, oleh siapa, bagaimana dampaknya kemudian terkait dengan geografi adalah tentang letak terjadinya yaitu dimana, maka keduanya saling berkaitan.
            Di Indonesia memiliki banyak wilayah, dimana setiap wilayah tersebut memiliki sejarah tempat, bangunan, tokoh, bahkan proses terbentuk yang berbeda-beda. Inilah salah satu penyebab munculnya keanekaragam yang ada di Indonesia karena dipengaruhi oleh faktor sejarah dari masa lalu yang masih dijunjung tinggi sampai saat ini. Sejarah tersebut berupa bangunan misalnya candi-candi yang ada di Pulau Jawa, ada candi Prambanan, Candi Sukuh, Candi Cetho, Lawang Sewu, dan bangunan yang lainnya seperti sejarah kerajaan-kerajaan Hindhu, Budha, maupun Islam.
            Proses pencampuran antara kerajaan Hindhu dan Islam misalnya, dalam sejarah hingga saat ini menghasilkan satu adat istiadat di Kota Surakarta yaitu sekaten. Sekaten berasal dari Solo Jawa Tengah, namun karena terjadinya perkembangan zaman, dan era masuknya penduduk wilayah lain bahkan negara lain ke Indonesia maka saat ini sekaten tidak hanya dikenal dan dinikmati oleh masyarakat Kota Solo saja, namun juga oleh masyarakat yang lebih luas. Pengunjung pada acara sekaten saat ini juga lebih bervariasi, selain juga konsep acara yang dikemas lebih modern.
Hal ini juga merupakan pendidikan bagi masyarakat dalam negeri sendiri yang belum tahu, juga merupakan suatu bentuk promosi bagi keanekaragam dan kekayaan budaya yang ada di Indonesia kepada masyarakat dunia atau global sekaligus sebagai penarik minat kunjungan masyarakat negara asing ke Indonesia, kaitannya dengan visi ekonomi.
            Selain itu juga ada sejarah peristiwa, seperti berlangsungnya KTT ASEAN di Kota Bandung beberapa waktu yang lalu. Merupakan ajang promosi juga bagi Indonesia, karena setidaknya negara-negara ASEAN pernah pencatat bahwa di Indonesia pernah menjadi lokasi KTT ASEAN. Disana ada potensi-potensi lokal yang dimunculkan seperti angklung, kulintang, tarian. Peserta KTT ASEAN tentulah menyaksikan rangkaian acara tersebut baik dipembukaan maupun yang lainnya, secara otomatis mereka mengingat bahwa di Indonesia ada kesenian angklung, kulintang yang otomatis dikenal dunia sebagai milik Indonesia.
            Ada pula tokoh wali songo yang hadir pada waktu itu, dimana tokoh-tokoh tersebut dikenal oleh masyarakat global misal dengan kedatangan para turis berziarah kemakam-makam para tokoh tersebut. Kaitannya dengan dunia pendidikan dan pengajaran, dapat dilihat bahwa guru membimbing murid untuk lebih menghargai sejarah, baik peninggalan bangunan, tempat-tempat, maupun nama-nama bersejarah. Karena itu merupakan bentuk kekayaan yang dimiliki Indonesia, yang menimbulkan keanekaragaman didalamnya.
            Juga adanya dorongan kepada siswa untuk bersedia belajar baik kesenian maupun adat-adat istiadat, agar memunculkan rasa memiliki, mencintai juga menjaga agar tidak dipatenkan oleh negara lain. Mengingat bahwa Indonesia ini unik dengan segala keanekaragamannya. Siswa juga bisa dididik untuk memiliki keagamaan yang baik, seperti halnya tokoh wali songo yang bisa menyebarkan kebaikan berupa agama kepada banyak orang. Siswa agar memiliki etika, dan menjaga norma-norma yang sesuai dengan Negara Indonesia. Kebudayaan dan kehidupan dunia barat boleh masuk, asalkan setiap masyarakat dan anak memiliki pegangan yang teguh, maka tidak akan terjadi apapun yang tidak diharapkan.



Contoh:
            Mahasiswa PGSD mengadakan seminar Internasional, pembicaranya adalah orang asing. Dalam seminar tersebut ada rangkaian acara-acara penunjang sebelum acara inti, yaitu penampilan seni tari dan seni karawitan. Dengan peristiwa tersebut telah terjadi proses sejarah, kebudayaan Indonesia diperkenalkan kepada masyarakat asing atau dunia walaupun masih dalam lingkup kecil, namun setidaknya ada cerita dari pembicara tersebut yang muncul setelah seminar berlangsung.

      3.      Pendidikan Berwawasan Global dari Visi Ekonomi
            Ekonomi adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan produksi, tukar-menukar barang produksi, pengelolaan dalam ruang lingkup rumah tangga, perusahaan, atau negara. Pelaku kegiatan ekonomi adalah manusia, yaitu sebagai produsen, konsumen, dan distributor. Ilmu ekonomi muncul salah satunya karena munculnya keinginan dan kemauan untuk penentuan pilihan. Manusia perlu memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidup, kebutuhan itu terpenuhi dengan menentukan pilihan, mana yang diutamakan dan mana yang kurang  diutamakan.
            Termasuk apakah kebutuhan itu terpenuhi atau digunakan hari ini, besok, maupun dimasa depan. Ekonomi membahas tentang pilihan, keinginan yang tidak terbatas, dan sumber daya alam yang terbatas. Padahal dimasa sekarang atau bahkan dimasa depan, pertumbuhan manusia semakin banyak, otomatis kebutuhan yang diperlukan juga semakin banyak. Jika tidak sebanding dengan ketersediaan sumber daya alam, maka perlu pengolahan sumber daya alam menggunakan perkembangan IPTEK. Maka di era perkembangan zaman dan kebutuhan ekonomi manusia yang meningkat manusia dituntut untuk meningkatkan kemampuan diri dan standar ilmu beserta pengalaman yang terus ditingkatkan. Adanya kemauan untuk belajar akan berdampak besar pada hal ini.
            Seseorang yang memiliki banyak keahlian, umumnya memiliki peluang yang lebih besar dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi. Mengingat bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas, maka proses produksi juga terus ditingkatkan seiring pertumbuhan jumlah penduduk  yang tidak sedikit. Ketersediaan sumber daya alam yang belum merata dan berbeda disetiap wilayah, tidak hanya dialami oleh Indonesia saja namun juga sampai kepada masyarakat global atau dunia. Oleh karena itu dengan adanya perkembangan IPTEK diharapkan memberi jalan keluar agar seimbang antara kebutuhan dengan barang produksi.
 Apalagi dikehidupan perekonomian dunia, saat ini sangat lah luas adanya era Masyarakat Ekonomi Asia, juga adanya perdangan bebas menuntut masyarakat Indonesia termasuk siswa yang sedang belajar untuk menyesuaikan diri. Dengan memiliki bekal pengetahuan yang dibutuhkan, adanya kemampuan diri yang ditingkatkan dan diharapkan siap menghadapi perkembangan ekonomi dunia. Mental siap adalah salah satu yang utama dalam hal ini. Adanya kemauan untuk membuka lapangan sendiri berupa wirausaha adalah langkah yang bisa ditempuh dalam upaya mengantisipasi perdagangan bebas.
            Oleh karena itu, guru perlu melatih siswa agar tidak ketergantungan dengan apa yang menjadi kebutuhan, dilatih untuk memiliki pola pikir dan kebiasaan mandiri sejak kecil, dilatih untuk memiliki kreativitas yang menghasilkan karya yang bisa jadi nanti bermanfaat dikehidupan yang akan datang, Jika semuanya berjalan beriringan maka semua akan tetap berjalan semestinya. Juga budayakan menabung bagi siswa.
Contoh:
            Siswa kelas lima Sekolah Dasar Negeri Jaya, diajari guru kelas untuk membuat kerajinan tangan menyulam. Tujuannya adalah untuk melatih ketekunan dan kesabaran. Selebihnya juga untuk memberikan kemampuan lain bagi siswa diluar mata pelajaran yang jika ditekuni bisa jadi akan menjadi tambahan uang saku, bahkan bisa dijual ditempat-tempat tertentu.


BAB III
PENUTUP
      A.    Kesimpulan
Pendidikan berwawasan global adalah orientasi pendidikan kepada perkembangan atau kepentingan dunia, berdasarkan perkembangan jaman saat ini namun tetap mempertahankan kearifan budaya, adat istiadat, norma dan etika lokal. Pendidikan berwawasan global dapat dilihat dari banyak sisi dan tujuan diantaranya geografi yang berkaitan dengan letak, sosialisasi, perpindahan penduduk, juga perkembangan masyarakat yang ada didalamnya. Sejarah yang berkaitan dengan kejadian dimasa lalu, tokoh, bangunan, peristiwa, pengenalan budaya Indonesia kepada masyarakat dunia dari setiap sejarah kegiatan internasioal di Indonesia. Ekonomi yang berkaitan dengan kebutuhan manusia, pilihan, juga perkembangan IPTEK. Terjadinya perdagangan bebas menuntut masyarakat dan siswa untuk siap mental, dan meningkatkan daya saing dan kemampuan salah satunya dengan wirausaha.
            Pada sekolah dasar guru mengajarkan materi pelajaran sesuai kurikulum dan karakteristik mata pelajaran dengan metode yang sesuai. Selainn itu guru juga perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai pendidikan berwawasan global, agar dalam mengajar orientasinya sesuai dengan perkembangan jaman namun tetap mempertahankan ciri khas Indonesia. Mengubah pola pikir siswa agar siap mental dan memiliki daya saing di era globalisasi.

      B.     Saran
            Perlu adanya komunikasi yang baik antara lembaga pendidikan, guru, dan orang tua agar perkembangan siswa dapat dilihat dengan banyak sudut pandang. Tidak perlu membatasi siswa dalam hal mengikuti perkembangan jaman, cukup dengan diarahkan dan diberi bekal yang cukup baik dari segi pengetahuan,
DAFTAR PUSTAKA
Nursid Sumaatmadja, Kuswaya Wihardit, (2014), Perspektif Global, Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.