LAPORAN KUNJUNGAN
MUSEUM MANUSIA PURBA SANGIRAN
DITINJAU DARI ASPEK
SOSIOLOGI
Mata kuliah : Praktek Lab. IPS SD
Dosen Pengampu : Mukhlis Mustofa., S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh :
Agus Parwanto
|
15540056
|
Antonius Agus
|
15540062
|
Endah Pospita Sari
|
15540065
|
Giyarti
|
15540052
|
|
|
Kelas/ Semester
|
PGSD 02/ IV
|
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SLAMET
RIYADI
SURAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kunjungan Museum Manusia
Purba Sangiran ditinjau dari Aspek
Sosiologi disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan
Mukhlis Mustofa S.Pd., M.Pd
NIPY : 0414.0076
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-nya, kami bisa menyusun laporan ini dengan baik. Sebagai
tanda bukti bahwa kami telah mengunjungi obyek-obyek di museum manusia purba
sangiran. Karya tulis ini telah kami lengkapi dengan gambar-gambar dan informasi
dari obyek-obyek yang terdapat di Museum Manusia Purba Sangiran.
Upaya
penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan dan arahan dari berbagai pihak,
maka kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yang
terhormat dosen pengampu Mukhlis Mustofa,. S.Pd., M.Pd
2. Yang
tercinta rekan-rekan mahasiswa PGSD
Universitas Slamet Riyadi Surakarta semester IV yang turut
berpartisipasi dalam kunjungan ini.
Laporan
yang kami susun ini jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf jika ada kesalahan
dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu kami mohon kritik dan saran demi
kesempuraan laporan ini. Semoga karya tulis ini, dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Surakarta,18
Maret 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan
Masalah............................................................................................
D. Manfaat
Penelitian....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Letak Museum
Manusia Purba Sangiran..................................................... 3
B. Kehidupan Sosial
Manusia Purba Sangiran................................................. 4
C. Implementasi
Pembelajaran Sosiologi Pada Masa Purbakala Untuk Anak
Sekolah
Dasar ............................................................................................. 5
BAB III PENUTUP............................................................................................... 8
A. kesimpulan................................................................................................... 8
B. Saran............................................................................................................ 9
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 10
LAMPIRAN......................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sangiran
merupakan lahan perbukitan tandus yang berada di perbatasan Kabupaten Sragen
dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama Situs Sangiran.
Sangiran adalah situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Sangiran
pertama kali ditemukan oleh P.E.C Schemulling tahun 1864 dengan laporan
penemuan fosil vertebrata dari Kalioso. Luas situs Sangiran mencapai 56 km2,
lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia yang memberikan
petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun yang lalu. Dilokasi
Sangiran ini pula ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus Erectus untuk
pertama kalinya oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koeningswald.
Koleksi yang
tersimpan di museum Sangiran mencapai 13.806 yang tersimpan pada dua tempat
yaitu 2.931 tersimpan di ruang pameran dan 10.875 di dalam ruang penyimpanan.
Bahkan banyak orang asing yang menggunakan kawasan Sangiran sebagai pusat
laboratorium penelitian manusia purba. Museum Sangiran menyumbang perkembangan
ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Geologi, Paleoanthropologi. Oleh karena
itu dalam laporan ini akan dibahas sejarah perkembangan
peradapan manusia ditinjau dari aspek sosiologi. Dimana dalam aspek sosiologi
ini akan lebih dikenalkan bagaimana kehidupan sosial manusia purba pada masa
itu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Dimana
letak museum manusia purba sangiran berada ?
2. Bagaimana
kehidupan sosial manusia purba sangiran pada masa purbakala ?
3. Bagimana
mengimplementasikan pembelajaran sosiologi pada masa purbakala kepada anak Sekolah
Dasar ?
C.
Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui letak museum manusia purba sangiran
2. Untuk
mengetahui kehidupan sosial manusia purba
3. Menerapkan
pembelajaran sosial pada masa manusia purba kepada anak Sekolah Dasar
D.
Manfaat
Penelitian
Sebagai
refesensi untuk menembah wawasan tentang kehidupan sosial yang dilakukan mausia
purba pada masa purbakala dan bermanfaat sebagai bahan ajar yang dapat
diterapkan pada anak Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Letak
Museum Manusia Purba Sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Sangiran
memiliki area sekitar 48 km². Secara fisiografis sangiran terletak pada zona
Central Depression, yaitu berupa dataran rendah yang terletak antara gunung api
aktif, Merapi dan Merbabu di sebelah barat serta Lawu di sebelah timur.
Secara administratif Sangiran terletak di Kabupaten Sragen (meliputi 3
Kecamatan yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Kecamatan
Gondangrejo) dan kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sangiran terletak di desa
Krikilan, Kec. Kalijambe ( ± 40 km dari Sragen atau ± 17 km dari Solo) situs
ini menyimpan puluhan ribu fosil dari jaman pleistocen ( ± 2 juta tahun lalu).
Situs Sangiran merupakan daerah perbukitan yang mencakup kawasan seluas 32
km² dengan bentangan arah dari utara ke selatan kurang lebih 8 km dan dari
barat ke timur kurang lebih 4 km². Daerah ini meliputi 12 kelurahan di 4
kecamatan, yaitu kecamatan Kalijember, Gemolong, Plupuh, dan Godangrejo. Daerah
sangiran memiliki sebuah sungai yang membelah daerah tersebut menjadi dua
yaitu Kali Cemara yang bermuara di Bengawan Solo. Sedangkan waktu
tempuh dari Solo ke Sangiran hanya ± 30 menit dan dari Sragen dengan waktu
tempuh ± 1 jam.
Fosil-fosil purba ini merupakan 65% fosil hominid purba di Indonesia dan
50% di seluruh dunia. Hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil
2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Pada tahun
1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
sebagai cagar budaya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No.070/0/1977, tanggal 5 Maret 1977. Selanjutnya keputusan itu
dikuatkan oleh Komite World Heritage UNESCO pada peringatannya yang ke-20 di
Merida, Mexico yang menetapkan kawasan Sangiran sebagai kawasan World Heritage
(warisan dunia) No. 593.
B. Kehidupan Sosial Manusia Purba Sangiran
Kehidupan sosial yang dilakukan Manusia Purba Sangiran dapat kita lihat
pada 2 masa yaitu sebagai berikut:
1.
Masa Berburu dan Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan
Makanan :
Pada masa berburu dan meramu (food gathering), manusia purba
sangat menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus
dapat memberikan persediaan makanan yang cukup untuk kelangsungan hidup mereka. Oleh karena
itu mereka selalu berpindah-pindah untuk mencari
persediaan makan. Adapun pada masa itu manusia purba melakukan interaksi sebagai berikut :
a)
Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil, ini bertujuan agar
mereka mudah dalam melakukan perburuan dan mengikuti pergerakan hewan buruan
mereka. Baisanya mereka hidup dalam satu kelompok sebanyak 10-15 orang yang
terdiri dari 1 atau 2 keluarga.
b)
Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian tugas kerja, dengan adanya keterkaitan satu sama lain di dalam satu
kelompok, maka manusia purba membagi tugas yaitu manusia purba laki-laki
bertugas memburu hewan dan yang perempuan mengumpulkan makanan dan mengurus
anak.
c)
Hubungan antar anggota sangat erat, mereka
bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompok dari
serangan kelompok lain ataupun dari binatang buas.
d)
Populasi pertumbuhan penduduk sangat kecil, karena
situasi yang berat, dengan peralatan yang masih sangat primitif membuat mereka
tidak dapat selamat dari berbagai bahaya.
2.
Masa Bercocok Tanam (Food Producing) dan Beternak
Kehidupan manusia purba yang terus berkembang, ikut merubah pola
hidup mereka. Pada masa ini manusia purba sudah tidak lagi mengembara pergi
dari suatu tempat ke tempat yang lain (nomaden) untuk mencari makan. Kini
mereka sudah menetap di suatu daerah dan mereka pula telah memiliki kemampuan
untuk memproduksi makanan sendiri. Oleh sebab itu, pola kehidupan mereka
berubah dari food gathering menjadi food producing dengan bercocok tanam dan
berternak.
a) Muncul kegiatan kehidupan perkampungan, dalam Kehidupan sosial
manusia purba pada masa ini mengalami peningkatan yang pesat. Mereka sudah
tidak lagi berpindah – pindah tempat, tetapi menetap di suatu tempat.
b) Mereka juga telah mengenal sistem gotong royong dalam membuka
lahan, maupun membangun rumah untuk tempat tinggal.
c) Diangkatnya seorang pemimpin, dengan Pola hidup menetap ini memungkinkan
terciptanya jalinan sosial masyarakat yang kuat dan terorganisir. Sehingga Mereka
memiliki seorang pemimpin yang disebut dengan kepala suku yang dipercaya dan
dipatuhi oleh seluruh anggota kelompoknya. Kepala suku inilah yang mengatur dan
menjaga anggota – anggotanya sehingga bisa hidup dengan tentram dan damai.
C. Implementasi Pembelajaran
Sosiologi Pada Masa Purbakala Kepada Anak Sekolah Dasar
Berdasarkan kehidupan sosial manusia purba
sangiran maka dapat kita terapkan beberapa hubungan sosial yang mereka ciptakan
pada masa purbakala dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya, adapun pada
masa purbakala manusia purba sangiran melakukan interaksi sosial berupa :
1.
Masa Berburu dan
Meramu (Food Gathering)/Mengumpulkan Makanan
a)
Mereka hidup dalam kelompok-kelompok kecil
Dalam penerapannya pada proses
pembelajaran kita bisa membagi anak-anak didik dalam sebuah kelompok-kelompok
kecil dan memberi mereka tanggung jawab berupa tugas yang harus mereka
selesaikan secara berkelompok dan dalam kelompok tersebut kita harus bisa
membuat semua anggota kelompok untuk aktif dalam memyelesaikan tugas yang sudah
diberikan.
b)
Dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat pembagian
tugas kerja.
Setelah pembagian kelompok-kelompok kecil
dilakukan hal yang paling utama dilakukan dalam kelompok tersebut adalah
pembagian tugas dari masing-masing anggota kelompok, pembagian tugas ini
bertujuan agar setiap anggota bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang sudah
diberikan dan melalui pembagian tugas ini maka hasil dari tugas kelompok
tersebut dapat efektif.
c)
Hubungan antar anggota sangat erat
Sebagai seorang guru kita harus bisa menanamkan kepada
peserta didik kita bahwa mereka dalam satu kelas merupakan satu anggota tim
atau keluarga yang mempunyai hubungan yang erat antara satu dengan yang lainnya
dan tidak harus membeda-bedakan antara kebudayaan, agama, serta etnis
anggota-anggota dalam kelas tersebut.
2.
Masa Bercocok Tanam (Food
Producing) dan Beternak
a)
Muncul kegiatan
kehidupan perkampungan
Munculnya kegiatan kehidupan perkampungan
ini dapat kita jelaskan kepada anak-anak didik kita bahwa ketika mereka pertama
kali memasuki lingkungan sekolah mereka yang baru, maka secara otomatis mereka
merupakan bagian dari sekolah tersebuat. Ini dapat kita katakan bahwa mereka
memulai kehidupan perkampungan yang baru dalam linkungan pendidikan, sehingga
apa saja yang dilakukan oleh anggota dalam sekolah tersebut maka mereka juga
akan melakukannya. Serta semua peraturan yang ada dalam lingkungan sekolah
tersebut harus mereka patuhi.
b)
Mengenal sistem gotong
royong
Dalam sekolah kegiatan gotong royong tidak pernah terlepas dari
anak didik dan guru yang ada dilingkungan sekolah, tapi yang perlu dilakukan
oleh seorang guru adalah bagaimana anak didik tersebut tidak hanya melakukan
gotong royong pada waktu-waktu yang sudah ditetapkan akan tetapi mereka bisa
memiliki kesadaran yang kuat sehingga sifat gotong royong itu bisa tertanam
dalam diri mereka masing-masing.
c)
Diangkatnya seorang
pemimpin
Diangkatnya seorang pemimpin ini bisa kita
terapkan pada anak Sekolah Dasar dengan cara memilih salah satu dari mereka
dijadikan sebagai ketua kelas, ini tidak terlepas dari partisipasi semua
anggota dalam satu kelas untuk memilih salah satu dari mereka yang akan
dijadikan sebagai ketua kelas dan dapat dipercayai untuk mengurus
teman-temannya yang ada dikelas tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kehidupan sosial Manusia Purba Sangiran dapat ditinjau dari 2
masa yaitu pada masa berburu dan meramu (food gathering)/mengumpulkan makanan yang ditandai dengan adanya
pembentukan kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan mereka berburu, adanya
pembagian kerja antara manusia purba laki-laki dan perempuan, kemudian
timbulnya hubungan yang sangat erat antar manusa purba, bahkan adanya
pertumbuhan populasi yang sangat kecil dikarenakan mereka diserang oleh
hewan-hewan buas dan manusia purba lainnya. Sedangkan pada masa bercocok tanam (food producing) dan beternak, manusia purba sangiran sudah tidak
melakukan perburuan sebagai kegiatan sehari-hari akan tetapi mereka sudah mulai
membuat tempat untuk mereka tinggal dan bahkan mereka juga sudah bisa
memproduksi bahan-bahan makanan untuk kebutuhan hidup sehari-hari mereka, ini
ditandai dengan mereka membuat sebuah perkampungan untuk mereka menetap secara
terus menerus, mereka melakukan gotong royong untuk membuat tempat tinggal,
bahkan mereka mengangkat seorang pemimpin dari salah satu mereka yang dianggap
lebih kuat dan dapat memberi rasa nyaman dan aman untuk keberlangsungan hidup
mereka.
Penerapannya pada
pembelajaran sosial untuk anak Sekolah Dasar dapat kita lakukan dengan membuat
mereka melakukan hal-hal kecil seperti membuat kelompok-kelompok diskusi,
memberi tugas kepada semua anggota kelompok agar hasil kelompoknya maksimal,
membentuk hubungan yang erat antar anggota kelompok dengan cara mereka terus
mengenal karakter satu sama lain melalui diskusi yang meraka lakukan dan ini
pastinya dapat kita terapkan pada kelas tinggi, bahkan kehidupan sosial manusia
purba dapat diterapkan kepada anak-anak Sekolah Dasar dengan menjadikan mereka
sebagai keluarga atau masyarakat dalam lingkungan sekolah dan harus mematuhi
semua peratuaran yang berlaku dilingkungan sekolah tersebut, mereka juga dapat
kita ajarkan bagaimana harus melakukan kehidupan gotong royong dalam
membersihkan lingkungan sekolah, bahkan mereka juga dapat kita ajarkan untuk
menjadi pemimpin teman-teman mereka dalam lingkup kelas, yaitu sebagai ketua
kelas.
B. Saran
Mempelajari
kehidupan sosial Manusia Purba Sangiran dan menerapkannya kepada anak-anak
Sekolah Dasar tidaklah begitu sulit, asalkan seorang guru mau mengambil alih
penuh dalam membimbing anak-anak muridnya sehingga mereka bisa mendapatkan
nilai sejarah kehidupan dari manusia purba dan mengetahui bahwa kegiatan sosial
yang selama ini mereka praktekkan merupakan sudah ada sejak masa manusa purba
dulu. Dan bagi semua pembaca penulis menysarankan untuk terus mencari tahu apa
yang menjadi nilai sejarah bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Penelitian langsung di Museum
Sangiran
LAMPIRAN